JAKARTA - Naiknya Peringkat Militer Indonesia Ke Peringkat 13 Dunia pada tahun 2023 mendapat apresiasi dari Pengamat Birokrasi Varhan Abdul Aziz. Ia menyampaikan bahwa Pada 2019 Indonesia berada di peringkat 16 berdasarkan data Global Firepower Rank, pada tahun 2023 naik 3 peringkat, ini merupakan prestasi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam hampir 5 tahun menjalankan amanat yang diemban.
Varhan mengatakan bahwa kenaikan 3 tingkat ini bukanlah hal mudah karena melibatkan banyak faktor kemajuan yang diukur. "Mulai dari jumlah personil, usia personil militer siap pakai, alutsista, komponen cadangan, paramiliter, kekuatan ketahan pangan dll. Secara poin bisa jadi angkanya menurun, tapi secara peringkat meningkat, artinya disaat negara lain menurun drastis poinya, justru Indonesia naik signifikan secara ranking, ini menunjukan Indonesia siap dalam adaptasi kondisi global secara faktor Pertahanan.
Wakil Bendahara Umum DPP KNPI ini menyampaikan dengan 131.9 triliun Anggaran Kemhan sebetulnya dibagi untuk 5 Instansi, Mabes TNI, AD, AU, dan AL, sedang Kemhan sendiri hanya 22.43 Triliun, terbesar di AD yang mendapat 55.26 T yang dianggap sesuai dengan jumlah rasio personil tertinggi. "Untuk Alutsista sendiri rasio yang realistis hanya bisa ditempatkab pada angka 17%. Seperti halnya belanja pemerintah di Instansi lainya, terbesar tentu di berada pada unsur pegawai. Namun hebatnya Pak Prabowo ini, dengan anggaran yang menyebar reformasi Alusista bisa dibuat efisien dan meningkatkan value pertahanan negara kita." Sebutnya.
Varhan juga mengingatkan bahwa di masa Menhan Prabowo Indonesia menjadi Negara dengan kekuatan Militer nomor 1 di Asean. "Nomor 13 di Dunia itu artinya kita diatas Ukraina, Australia, dan Iran. Jadi bukan semata2 tentang perang atau tidak perang, namun dalam konsep Ketahanan Nasional bagaimana suatu Negara siap menghadapi Ancaman Tantangan Hambatan dan Gangguan (ATGH)." Ungkap Alumni Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Magister Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia ini.
Baca juga:
Jarnas Anies Baswedan DIY Resmikan Poskora
|
Ia menegaskan apa yang disampaikan Menhan Prabowo melalui quotes Publius Renatus yg disadur oleh Napoleon 'Si Vis Pacem Parabelum' (Jika Menginginkan Perdamaian Harus siap Berperang' adalah benar adanya. "Faktor utama dalam menjaga keseganan teritorial adalah alutsista, berbeda era dengan zaman perang dunia 1 atau 2 bahkan sebelum itu dimana biaya alutsista relatif lebih murah karena teknologi yang sederhana, alutsista masa kini semakin modern , kompleks dan mahal maka pilihan realistis adalah mencicil dan menambah kelengkapan Alutsista Indonesia tahun ke tahun!" Serunya.
Varhan berpandangan, bila Pertahanan tidak menjadi salah satu prioritas maka negara lain bisa saja meremehkan kita dan dengan mudahnya kita mendapat potensi gangguan kedaulatan sumber daya, yang harus dilindungi untuk rakyat. "Kalau kita tidak mempersiapkan alutsista yang layak, ketika potensi serangan itu hadir, dapat menghancurkan semua pondasi ekonomi, pendidikan, hukum, sosial yang di bangun. Peran Menhan Prabowo besar dalam menjaga stabilitas yang sudah dibangun Kabinet Jokowi ini." Jelasnya.
Varhan juga memuji kiprah Menhan dalam mempersiapkan infrastruktur pertahanan antara lain direalisasikanya Komcad, Penguatan Industri Pertahanan Dalam Negeri, Peningkatan Institusi Pendidikan Ketahanan Nasional, Hingga Penguatan Ketahanan Pangan. "Komcad selama ini hanya jadi konsep dan wacana, baru di zaman Pak Prabowo terealisasi kelembagaannya , pembuatan kendaraan taktis maung oleh PT Pindad juga lahir di era pak Prabowo, lalu ada 4 Fakultas Baru yang ia prakarsai di Universitas Pertahan dan Konsep Food Estate sebagai bagian dari Konsep Pertahanan Semesta yang terus dimaksimalkan." Analisa Varhan.
Terakhir, Pria yang menjabat sebagai Menpora DPP LIRA ini bersuara mengenai bahayanya potensi Proxy War dimana perang senjata bukan lagi menjadi pilihan utama, karena mahalnya biaya yang ditimbulkan. "Saya melihat Pak Prabowo terlihat visioner ketika aktif dalam Forum2 Dunia untuk menegaskan posisi Politik Bebas Aktif Indonesia, berkawan dengan sebanyak2nya negara agar tidak perlu terjadi serangan2 baik militer maupun proxy, seperti yang selalu beliau katakan, satu musuh kebanyakan, 1000 kawan terlalu sedikit." Tutupnya.***
Baca juga:
Tony Rosyid: Demokrat Dalam Jebakan PDIP?
|