OPINI - Ahmad Ali, waketum Nasdem jumpa Muhaimin Iskandar (Cak Imin) di Makkah. Keduanya sedang menjalankan ibadah haji. Keduanya pula tinggal di hotel yang sama, hotel Dar Al-Tawhid Intercontinental. Hotel yang menghadap langsung ke pintu Masjid Al-Haram.
Hari minggu, 25 Juni mereke bertemu di tempat makan. Mereka makan siang, sekitar jam 13.00 waktu Makkah. Tidak tahu apa yang dibicarakan oleh mereka berdua. Tidak juga diketahui apakah ada pertemuan keduanya setelah makan siang itu. Bagi keduanya yang tinggal di satu hotel, tidak sulit untuk bertemu di ruang atau kamar masing-masing. Jika itu terjadi, apalagi yang dibicarakan selain pilpres. Masak gak ketemu lagi?
Baca juga:
Tony Rosyid: Komunikasi Yes, Koalisi No
|
Posisi Cak Imin dan PKB sekarang tidak jelas, kemana arah koalisinya. Bersama Gerindra, nasibnya pun tidak jelas. Deklarasi capres sudah sangat lama, tapi proposal Cak Imin wapres sepertinya tidak punya ruang. Ini prediksi hampir semua orang. Apa alasannya? Pertama, Gerindra, terutama Prabowo meyakini pasangan Prabowo-Cak Imin berat untuk menang. Kedua, istana sepertinya tidak begitu sreg dengan Cak Imin. Kelincahan manuver Cak Imin tidak mudah ditebak. Gampangnya, Cak Imin bukan orang yang loyal dan membebek kepada istana. Beda dengan Airlangga Hartarto, ketum Golkar dan Zulkifli Hasan, ketum PAN. Cak Imin beda.
Sebaliknya, Istana lebih sreg ke Erick Tohir. Jika Erick gagal dipasangkan dengan Ganjar, maka kemungkinan besar akan dipasangkan dengan Prabowo. Ini terjadi bila betul-betul buntu untuk pasangkan Ganjar-Erick.
Sementara ada usaha kerascdan konsisten istana untuk memasangkan Ganjar-Erick. Melalui PAN, Erick dibawa ke Megawati. Kabarnya, Megawati menolaknya. Kemungkinan PAN akan membawa Erick ke Prabowo. Ini pilihan terpaksa. Tidak sesuai dengan sekenario awal. Risikonya? Megawati mungkin marah. Ini akan memmbuat Jokowi berhadap-hadapan dengan Megawati.
Lalu, bagaimana dengan nasib Cak Imin? Cak Imin dan PKB-nya harus dukung Ganjar atau Prabowo-Erick. Ini pilihannya. Memang tidak mengenakkan, karena ini di luar sekenario dan ekpektasi PKB. Mungkinkah PKB exit, lalu bergabung dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP)? Tidak ada yang tidak mungkin. Hanya butuh nyali dan nyawa double. Itu saja. Tidak butuh lainnya.
Bergabung dengan KPP, ini menguntungkan bagi PKB. Cak Imin cawapres, dan potensi menangnya bisa lebih besar. Calon KPP yaitu Anies Baswedan lemah di Jawa Timur karena stigma negatif. Hadirnya Cak Imin dan PKB akan mampu menghapus semua stigma negatif tentang Anies. Ini menjadi tugas Ahmad Ali, waketum Nasdem untuk meyakinkan Cak Imin di Makkah.
Makkah, 26 Juni 2023
Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa